Senin, 02 Februari 2009

Diojekin Istri


Pagi ini saya kembali berangkat kekantor, sang Kakak juga sudah berpamitan untuk berangkat sekolah, sedangkan si adik sedang asyik bermain dengan mainan barunya. Ya setelah habis liburan akhir pekan rasanya sudah tak sabar untuk kembali berangkat kekantor. Walaupun bagi sebagian orang hari senin merupakan hari yang tidak diinginkan? Tapi bagaimana tidak, kalau saja tidak ada hari senin, maka hari selasalah yang akan menjadi hari yang menyebalkan. Begitulah seterus nya dan memang begitu lah kita manusia ini adanya. Selalu berkesah dan berkesah. Kesenangan saya kekantor bertambah 1000x lipat bukanlah karena kecintaan saya akan kerjaan saya (ini bukan berarti saya membenci kerjaan saya lho!). Tapi dikarenakan alasan lain. Ya, alasan yang cukup menyenangkan tentunya.

Baru-baru ini dikantor menyediakan akses point (tentunya yang mempunyai laptop yang memiliki Wi-Fi saja, seperti saya). Sudah tahukan apa yang membuat saya semangat?? Ya, bagaimana tidak. Dirumah saya hanya bermodal modem CDAM dengan menggunakan kartu StarOne yang cuma memiliki kecepatan 230,4 kbps, sedangkan dengan Speedy saya memperoleh kecepatan 54,0 mbps. Tentunya sangat membantu saya dalam urusan dengan internet. Tapi perlu diingat saya hanya membuka internet dari pukul 11 sampai menjelang pulang kadang malah habis makan siang baru saya buka (kecuali dalam keadaan terdesak). Bukan apa-apa tugas kantor tentunya menjadi prioritas utama. Lagi pun semua saya curahkan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya pengetahuan tentang dunia TI dan wawasan saya. Ya, memory saya belom juga pulih. Banyak hal yang telah saya dapat melalui internet, Agama, Sosial, Sejarah, pokoknya semua Ilmu Pengetahuan ada disana (termasuk juga kesesatan dan kemungkaran). Menurut data diinternet banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pemulihan sakit saya. Dan tentu saja semua saya serahkan kepada-Nya.

Istri saya sudah siap rupanya. Ini dikarenakan keterbatasan saya akibat kecelakaan saya waktu itu. Syaraf saya bagian belakang pinggang terjepit dan ada tulang punggung saya ada yang retak. Itu menyebabkan saya tidak bias mengendarai motor sendiri (lagi pun apatah saya juga bisa mengendarai motor sendiri, sedangkan saya merasa belom pernah mengendarai motor?). akhirnya jadilah Istri saya tercinta menjadi Ojek Setia saya untuk berangkat dan pulang kantor. Permasalahan yang ingin saya bahas bukan hal hal ini, karena saya tahu bagaimana Cinta nya Istri saya terhadap saya.

Masalah utamanya ada diperjalanan saya berangkat dan pulang kerja. Bagaimana pandangan orang melihat pasangan ini yang terlihat aneh bagi mereka? Atau saya saja yang merasa begitu?? Bayangkan saja bagaimana tatapan sorang kenek truck yang tak henti-hentinya memandang kami tak kala menyalip motor kami. Belom lagi tatapan lelaki berjaket yang mengendai motor sport disamping kami dan tatapan-tatapan orang lain nya. Tapi saya mencoba bertahan, saya mencoba menyemangati jiwa saya. Saya anggap, sayalah orang yang paling bahagia didunia. Bagaimana tidak, saya bukannya memboncek Istri saya, tapi malah saya yang dibonceg istri saya. Sebuah suasana yang aneh tapi cukup nyentrik, bagi saya.

Tapi hari ini saya acuhkan perasaan saya tadi, ya perasaan senang saya terhadap dunia maya mengalahkan semua kecemasan saya akan pandangan orang terhadap kami. Tak perduli itulah kilah hati saya dalam hati.
Setelah berpamitan dengan si kecil, melajulah Istri saya mengantarkan saya kekantor. Ya pemandangan seperti biasa saya temui. Tapi memasuki jalan yang sedikit rame oleh kendaraan roda 4, Istri saya mulai mengendarai motor rada kepinggir. Bukan hanya takut, tapi memang pengendara mobil disini kurang menghormati para pejalan kaki apalagi pengendara motor. Walaupun tak sedikit pengendara motor yang menganggap jalan ini jalan mereka sendiri. Sehingga mereka dengan seenaknya mengebut tanpa memperhatikan sekelilingnya dan mentaati peraturan yang ada.

Tiba-tiba terdengar bunyi klakson yang begitu nyaring dibelakang kami. Klakson itu tak henti-hentinya berbunyi (ya, klakson mobil tentunya), seolah memerintahkan kami untuk menghilang dari jalan ini. Saya mulai dihinggapi rasa was-was, apakah Istri saya grogi mendengar jeritan klanson mobil dibelakang tadi. Tapi emang dasar Istri saya yang dablek, dia tak peduli dengan serangan klakson tadi. Dia tetap cuek mengendarai motor kami dan tetap tidak melanjukan ataupun melambatkan kecepatan nya. Sedangkan rasa was-was saya mulai berubah menjadi rasa dongkol. Ya, perasaan dongkol itupun dengan cepat berubah menjadi amarah. Tak kala mobil ini mencoba menyalip motor kami. Scuel nya seperti adegan slowmosyen (ma’af kalau salah dalam pengejaan nya) dalam film-film barat. Sedikit demi sedikit mobil itu menyalip, berjuta-juta murka yang saya ungkapkan dalam hati. Dasar orang tidak tau adat, baru punya mobil aja sudah begini, entah apalagi bila punya pesawat! Dasar sopir yang SIM nya cabutan (alias ngak pernah ikut test mengemudi), apa tidak tahu ada orang sakit ya!! Berjuta-juta murka dan amarah merajut hati dan pikiran saya, seiring dengan menyalipnya mobil tadi.

Saya jadi begitu panas, ingin rasanya menembak ban mobil tersebut biar mengalami kecelakaan dan sehingga pengemudi dan seluruh isinya merasakan sakitnya seperti saya, bahkan saya ingin pula membom mobil itu. Ya, begitu murkanya saya sehingga saya lupa tentang sakit dipinggang saya ini. Tapi itu semua hanya berlalu sejenak. Setelah mobil tadi lenyap dari pandangan semua kembali kesedia kala. Saya jadi kembali merasakan nyeri pinggang saya dan melihat pemandangan indah alam di kanan-kiri jalan ini. Tak sadar saya berfikir, mungkin saja orang tadi terburu-buru. Mungkin dia mau berangkat kebandara dan waktunya memang mendesak (kebetulan arah jalan saya menuju kekantor searah dengan jalan ke Bandara Udara dikota saya). Atau alasan lain yang membuat mereka harus menepiskan hati nuraninya, ya alasan yang manusiawi (bukankah kita sering mengorbankan 1-2 orang demi kelangsungan banyak orang??)

Ya, akhirnya saya menyerah dengan bisikan itu yang saya anggap terlalu manusiawi sehingga lupa akan hak sendiri. Saya akhirnya mema’afkan mobil tadi berikut sopir dan seluruh penghuninya. Lagipun capek rasanya harus marah terhadap orang lain, sedangkan dia nya cuek-cuek saja. Eh, tidak lama perasaan damai ini hinggap, terdengar lagi suara klakson yang lebih nyaring dibelakang. Rupanya mobil mewah yang dibelakang ini. Dan siempunya tentunya bukan orang kaya biasa lah. Laksana kerata berkudanya kerajaaan, mobil ini menyalip kami dan motor bebek ini dengan begitu pongah nya. Kembali lagi, perasaan dendam, marah, murka menjadi satu kesatuan yang mengobrak-abrik perasaan ini. Berkecamuk menjadi badai yang hebat, bahkan lebih hebat dari yang pertama tadi. Sungguh semakin kuat ditahan, semakin menjadi gelora ini meluluh-lantahkan hati nurani saya. Begitu murkanya saya hingga tak sadar bahwa baru saja saya menjadi mulia, eh kini menjadi hina lagi. Begitu cepatnya semua terjadi. Bahkan saya sampai-sampai tak menyadarinya. Bahwa semua ini adalah gambaran kekuasaan-Nya. Saya baru terhenyak sadar takkala semua telah berlalu. Saya merenung betapa rapuhnya saya, betapa bodohnya saya. sehingga tak mampu mengontrol amarah saya, yang sebetulnya baru saja saya berniat melepaskannya.

Saya teringat akan tulisan dari Ayat-Ayat Suci, bahwa Tuhan akan mengampuni dosa umatnya asalkan mereka bertobat dan tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi. Bayangkan hal yang sekecil dan seremeh inipun saya tak mampu menanggulanginya, apatah lagi dosa-dosa saya yang lain? Mungkin saja dosa-dosa kita tak semudah dan seremeh permasalahan saya ini. Mungkin saja dosa itu lebih kompleks dan lebih rumit. Apakah semua ini belum cukup membuat saya berpikir. Bukanlah perkara yang kecil untuk menyatakan memohon ampunan dan bertobat sedangkan kita sendiri tak pernah tahu apakah kita akan sanggup menghalau dosa ini, apabila dia datang lagi menghampiri kita. Apakah sudah cukup ilmu dan kebijakan kita untuk menghadapinya. Betapa tingginya makna Ayat-Ayat Suci ini. Betapa rendah dan hinanya kita mengganggap remeh suatu dosa. Seakan-akan bila kita telah melakukan 1 dosa maka kita akan sanggup mengusirnya untuk tidak akan pernah datang lagi. Tuhan kepada-Mu lah semuanya kuserahkan…. Eddy_4h

Tidak ada komentar:

Posting Komentar