Minggu, 22 Februari 2009

Salut!!

Ya, saya benar-benar berterima kasih! Buat Yahoo, Google, MSN, BS Player, KBBI Daring (Kamus Besar Bahasa Indonesia) punyanya Pusat Bahasa DIKNAS (buat Pak Dr. Dendy Sugono), Melayu Online, BlogSpot, Friendster, Yahoo Mail, Ebuddy, Wikipedia Indonesia, dan semua-semua yang ngak bisa disebutin, terutama buat yang menciptakan Internet.

Sebab kalian semua, saya bisa belajar dan belajar. Banyak hal yang telah saya dapat, karena tidak sedikit yang telah saya kehilangan (memory). Saya hanya mencoba bangkit dari ini semua. Walau tak sedikit rintangannya.

Terimakasih buat Istri tercinta, Farhah dan Ghea (yang pinter ya anak-anakku), Pak Farid, Ibu Sri Soetantinah, Ibu Marla, Mba Lely, Mba Faridah, Mas Eko, Mas Fajri, Mas Hendri, Pak Noto, Mas Rahmat, Mas Feri, dan semua teman-teman yang membantu saya. Pak Wisnu yang mengenalkan Pak Daris (walau ternyata beliau dulu adalah Guru saya di SMEAN1 Balikpapan). Saya sunguh terharu.

Ia, walau tak jarang saya seperti menyerah. Bagaimana tidak?? sampai saat ini sangat susah bagi saya mengingat masa lalu saya. Bahkan hal yang sekarang pun banyak yang tidak bisa saya ingat lagi. Ia, saya sering lupa! Menaruh HP pun kadang lupa dimana, bahkan obat pun kadang lupa saya bawa, seperti saat ini.

Walau kadang saya capek. Rasanya seperti tidak ada harapan?? Tapi dorongan dari Ibu Kepala Dinas dan temen-temen (secara tidak langsung) kadang membangkitkan lagi semangat saya. ia, saya sering merasa capek! Bosan dan ngak tahu harus berbuat apa? Jadi teringat kalimat Profesor Hawks dari Universitas Columbia "Semua penyakit yang ada dibawah matahari pasti ada obatnya, atau sama sekali tidak pernah ada. Jika ada, maka berusahalah untuk mendapatkannya. Namun jika tidak, maka jangan dipikirkan".

Terima kasih pula buat Sahabat-sahabat Sejati saya (para buku-buku) yang tidak lelah menemani saya. Terutama La Tahzan, yang membuat saya sadar bahwa penyakit ini mungkin untuk menghapus Dosa dan Kesalahan saya yang telah lalu. Dan yakin kalau Tuhan berkehendak, pasti semuanya dapat terjadi.

Terimakasih buat semuanya…….eddy4

Rabu, 18 Februari 2009

"Sampah??"

Menarik juga perbincangan di TVRI tentang “sampah” yang dibawakan oleh Slamet Raharjo baru-baru ini. Ternyata kita masih belum bisa “merdeka”, bagaimana tidak? masalah sampah saja masih belum bisa kita tuntaskan dengan “baik dan benar”. Solusi memang sudah banyak yang membuat. demikian pula dengan kota saya tercinta “Balikpapan”. Bahkan baru-baru ini juga sedang dibahas, bagaimana sampah menjadi “uang”. Sampah bisa dijual dalam bentuk kompos, bahkan barang-barang yang cukup menarik. Lihat saja di televisi, bagaimana sekelompok Ibu-ibu menciptakan sampah menjadi barang yang menghasilkan, walaupun masih akan tetap kita temui sisa-sisa sampah.

Kalau saya simak perbincangan ini, semua memang kembali kepada diri kita masing-masing. Apakah masalah sampah memang kita perhatikan atau cuma sekedar “ikut-ikutan, latah atau terpaksa karena malu dengan Ibu RT”. Saya heran, Jakarta sebagai Ibu Kota Negara, Pusat Pemerintahan, tempat dimana "orang-orang pinter dan berpendidikan tinggi” berada. Lalu mengapa ini terjadi? Tumpukan sampah, banjir, kesehatan, pencemaran air tanah, dan sebagainya. Siapa yang salah? Itu pasti yang terpikirkan. Tapi saya bukan mau mencari siapa yang salah itu. Saya lebih tertarik, bagaimana kita menyikapi permasalahan ini. Bagaimana kita sebagai masyarakat dan “manusia” menghadapinya, ketimbang mencari siapa yang salah tadi.

“Coba dari diri sendiri!”
Ungkapan ini memang manis ditelinga, tapi pahit dilakukan. Ya, sebenarnya kalimat ini menbuat kita menyemangati diri untuk berbuat yang lebih baik lagi dimulai dari diri sendiri. Tapi dalam prakteknya, cukup banyak kendala melaksanakannya. Memang berbuat baik itu bahkan dalam niat saja sudah banyak tantangannya, apalagi bila dikerjakan. Entahlah, mungkin ini pikiran saya saja yang berburuk sangka? Tapi cuba kita perhatikan bagaimana bedanya prilaku bangsa ini dengan bangsa Eropa?

Baru-baru ini saya melihat film, dimana ada orang yang sedang membawa anjing ditaman rela memakai uang dolarnya hanya untuk membuang kotoran hewan peliharaannya ketempat sampah! Ini memang film Amerika, tapi saya tidak memperdebatkan Amerika atau memelihara Anjing! Saya terusik oleh salah satu sifat baik orang Amerika. Pernah terpikir tidak, bila sedang jalan ditaman kita makan permen, lalu kira-kira kemana akan kita buang pembungkus permen tadi?

Atau yang sedang ramai dibicarakan sekarang masalah Rokok. Bagaimana bisa ada orang ditaman yang dengan begitu bebasnya merokok! Dia bukan hanya memcemari lingkungannya dengan asapnya. Bahkan abu rokok dan puntung rokoknya pun turut serta mencemari lingkungannya! Walaupun saya bukan orang yang setuju Fatwa Haram merokok yang dikeluarkan MUI. Tapi masalah yang dianggap remeh ini pun masih belum kita “sadari” sepenuhnya.

Saya tertarik dengan ungkapan salah seorang pembicara. Kalau di luar negeri orang mencari Toilet dengan “Mata”, tapi kalau di Indonesia orang mencari Toilt dengan “Hidung”.

Ada seseorang yang menunggu keberangkatan dari Indonesia dibandara. Dia merokok dengan bebasnya, membuang abu dan puntung rokok disamping sepatunya seolah-olah lantai adalah asbak rokok. Dan membuang pembungkus permen keparit sekenanya. Tapi! 45 menit kemudian, setelah dia berada di Singapura, jangankan untuk merokok, ketika dia memakan permenpun pembungkusnya dia kantongi! APA YANG SEBENARNYA TERJADI??

Tentunya, orang yang bisa berangkat keluar negeri (selain TKI/TKW atau orang yang berangkat Haji) adalah orang-orang “berada”! Orang berada tadi tentu tidak kekurangan “Pendidikan”. Lalu bagaimana orang “berada dan berpendidikan” tadi bisa berbuat begitu? Bagaimana pula dengan orang yang setengah berada ataupun orang yang memang tidak berada? Mereka bahkan justru lebih banyak tentunya.

Sebentar lagi kita akan melaksanakan Pemilu. Begitu banyak Partai dan Calon Legislatif. Mereka tentunya orang-orang pintar, jujur, peduli dan ingin memperjuangkan rakyat “katanya”. Begitu banyak Partai Politik, begitu banyak Calon Legislatif dan begitu banyak poster-poster yang “mejeng” dipinggir-pingir jalan!

Saat ini Indnesia juga sedang dilanda musim hujan dan angin kencang yang sepertinya cukup “parah”. Bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi kemudian dengan “poster-poster tadi”? Alhamdulillah saya tidak perlu mambayangkannya, karena saya melihatnya langsung. Poster-poster yang berjatuhan tidak karuan, bendera-bendera yang luntur warnanya sehingga tidak jelas apakah ini bendera lambang Parpol atau apa? Lalu kemana perginya keindahan kota saya?

Lalu siapa yang akan membersihkan “sampah-sampah” tadi? Petugas sampah? Ia kalau memang daerah situ ada petugasnya, kalau tidak? Orang yang memasang poster tadi? Apakah tiap hari mereka musti keliling memeriksa semua poster? (Syukur sih kalau memang ada) tapi lebih bersyukur lagi kalau orang yang empunya gambar turut membersihkannya. Kalau tidak? Apakah musti masyarakat yang membersihkannya. Ia kalau didaerah itu ada masyarakatnya kalau tidak? Alih-alih belum menjadi wakil rakyat pun sudah membebani masyarakat.

Mudahan saja pemikiran saya ini salah! Sehingga ketika besok pagi tiba saya sudah mendapati kota saya yang indah lagi, ya semoga saja……… eddy4h.

Rabu, 11 Februari 2009

Jangan Berlebih-lebihan



Baru-baru ini kita disuguhkan berita yang cukup menarik. Seorang anak dari keluarga sederhana kini menjadi buah bibir seantero nusantara. Bahkan di pulau Jawa, anak ini menjadi bahan berita utama diberbagai media. Anak itu bernama M. Ponari. Ya dengan batunya ajaibnya anak ini katanya mampu mengobati berbagai macam penyakit. Asal muasal berawal dari ketika sang Ponari bermain-main saat hujan, kemudian ia merasa dilempar batu pada saat petir menyambar. Batu sebesar telur ayam yang berbentuk mirip kepala belut itu ketika ia ambil dari telapak kakinya katanya mengeluarkan sinar kemerah-merahan. Entah bagaimana ceritanya hingga sampai banyak yang datang untuk berobat kepada si dukun cilik ini.

Berkat batu ajaib tersebut pelajar kelas 3 SDN Balongsari I, Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Magaloh, Jombang tiba-tiba menjadi terkenal. Beribu-ribu orang datang untuk berobat kepadanya. Bahkan omsetnya perhari mencapai puluhan juta rupiah. Keluarga sederhana kini kebanjiran rezeki berlimpah. Bagaimana Kuasa Tuhan dapat merubah kehidupan Makhluk Nya dengan seketika? “Apabila ALLAH menghendaki sesuatu, maka hanya dengan perintah : "Jadilah" maka terciptalah dia (QS. Yaasin : 82)”.

Tak pelak, tetangga pun ikut kebajiran rejeki, dari yang menyewakan tempat berteduh, menjual toples sampai menjual air mineral yang akan digunakan sebagai perantara pengobatan sang dukun cilik. Kesempatan emas ini pun masih saja dimanfaatkan segelintir orang untuk mencari keuntungan lebih. Ya, kupon yang semula dijual hanya Rp. 2.000,- kini dijual menjadi Rp 50.000,- sampai Rp. 100.000,-. Bayangkan keuntungan dari fenomena ini?

Saya tak ingin mempermasalahkan rezeki nomplok ini. Karena pertama kali yang terbesit dalam hati saya adalah hanya sampai disinikah pemikiran orang-orang yang katanya hidup dijaman modern ini? Lalu dimanakah makna Pendidikan yang telah berjalan selama ini. Bukan hanya pendidikan formal, tapi juga pendidikan Agama? Sudah begitu rapuhkah keimanan kita sebagai umat? Dimanakah Mereka itu berdiri dan melihat fenomena ini? Dimanakah kita, sebagai makhluk yang menyatakan diri sebagai manusia, makhluk yang paling mulia didunia ini dan yang memiliki akal serta fikiran ini berada? Apakah yang sebenarnya terjadi? Dan berbagai macam pertanyaan, yang justru membuat saya sedih dan kecewa sebagai salah satu umat manusia.

Saya tidak pernah sedikitpun meragukan Kekuasaan Ilahi. TIDAK PERNAH SEDIKIT PUN MERAGUKAN KUASA NYA ILAHI. Saya juga seorang umat beragama. Saya juga tidak mempermasalahkan tentang pengobatan alternative. Seperti debat antara Medis vs Mistik. TIDAK! Karena saat ini pun saya jelas-jelas sedang menjalani pengobatan alternative. Tapi bukan disitu duduk permasalahannya. Tapi bagaimana kita menyikapi kejadian ini. Apa dan Siapa yang salah? Tidak seorangpun dari kita yang akan mengakuinya. Kita pasti akan punya berjuta-juta alasan untuk membenarkan keputusan kita itu. Dan jangan pernah menunjuk orang lain bersalah! JANGAN!

Tapi cobalah sedikit berfikir jernih, kalau hanya untuk berobat mengapa harus mengorbankan nyawa? Haruskah 4 nyawa baru menyadarkan kita akan bahayanya sebuah antrian masal, perkumpulan masal? Sedikit saja ada percikan, bisa menimbulkan ledakan yang begitu dahsyat. Tidak belajarkah dari Tragedi di DPRD Sumatera Utara? Relakah kita untuk mengobati borok dijari tangan, dengan harus memenggal seluruh lengan? Apakah ini sudah menjadi hal wajar dijaman ini? Dimana letaknya Ayat-Ayat Suci yang telah diturunkan oleh Sang Maha Segalanya?


“Bukankah Aku pernah berpesan kepada kamu semuanya wahai keturunan Adam agar kamu tidak menyembah setan, sebenarnya setan itu adalah musuh yang amat nyata. Dan hendaknya kamu sembah Aku, inilah jalan yang selurus-lurusnya. Sebenarnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar dari kamu, apakah tidak terpikir oleh kamu sekalian. (QS. Yaasin : 60, 61, 62)”

Sampai kapan kita harus belajar dari pelajaran masa lalu? Apakah kita sama rendahnya seperti seekor keledai? Ya, karena hanya keledai yang terperosok dalam lobang yang sama berkali-kali. Saya pernah membaca, bahwa Tikus tidak akan memakan makanan yang telah membuat teman-teman nya mati. Lalu dimanakah posisi kita saat ini?

Saya mencoba menarik kebelakang apa sebenarnya yang terjadi disini? Dinegeri dimana saya berada ini. Mengapa mudah sekali manusianya terpengaruh, latah, suka pada yang instant (padahal yang instant tadi banyak racun didalamnya). Bagaimana mungkin kita mengharapkan hasil yang baik, bila tidak didapat dari perjuangan yang panjang?

Bagaimana mungkin dengan begitu mudahnya, kita dibawa oleh pengaruh-pengaruh yang belum tentu kebenarannya. Kita mudah diperdaya, mudah terhasut, mudah terseret ombak duniawi. Dimanakah pengendali kita, dimanakah control kita, dimana? Mengapa begitu rapuhnya kita?

Sudah demikian miskinkah kita, sudah sedemikian susahkah kita. Sehingga untuk merenung sesaat saja, kita sudah tidak mampu? Apakah kita musti menerima bencana bertubi-tubi? Agar kita merenung, bersatu, menyadari kekeliruan kita selama ini. Apa yang telah kita perbuat, apa yang telah terjadi. Saya tidak ingin mengajak orang lain untuk selalu mengingat masa lalu yang mungkin kelam, gelap dan penuh derita. Tapi cobalah untuk menyadari, bahwa yang terjadi saat ini tidak terlepas dari masa lalu.


Duka, musibah, derita, sakit sesungguhnya adalah obat. Ya, semuanya adalah OBAT! Obat dari kesalahan, kekeliruan, dosa-dosa kita dimasa lalu. Atau bahkan anugerah Ilahi pada kita. Tidakkah kita sadar, pabila Tuhan mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi cobaan pada mereka. Tidakkah kita tahu, bahwa sakit kita justru pengobat dosa-dosa kita? Ini bukan berarti kita selalu dirundung duka, diliputi musibah diterpa sakit tiada putus-putusnya. SEKALI LAGI BUKAN!

Karena Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Semua ada kadarnya! Jangan berlebih-lebihan! Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Percayalah sepenuhnya pada Ilahi. Karena Dia Maha Adil lagi Bijaksana. Sungguh pun setelah semuanya terjadi pastilah ada hikmah dibaliknya. Pandai-pandailah membaca, mengamati, menghayati, memahami, meresapi, serta merefleksikannya. Karena orang yang berhasil adalah orang yang mampu membaca keadaan dan memanfaatkannya. Bagaimanapun kondisinya itu!.... eddy4h.

Selasa, 10 Februari 2009

SAHABAT DIKALA SENDIRI

Sendiri kadang kala membuat kita merenung. Tapi kadang malah justru membuat kita jenuh. Disaat seperti inilah kadang pikiran-pikiran yang tidak baik justru menghampiri dan mengganggu ketenangan kita. Mencoba merayu akan kebahagian yang kita miliki. Merebutnya hingga tak tersisa satupun jua. Ada banyak cara mengisi kesendirian kita. Banyak macam dan ragam kegiatan. Mulai menanam dan merawat tanaman, memelihara binatang kesayangan atau sekedar hewn piaraan, berolah raga atau sekedar menonton acara televisi serta berbagai ragam kegiatan lainnya. Diantara sekian banyak ada satu yang mungkin cukup sederhana, yaitu membaca buku.


Buku bagi sebagian orang adalah hal yang mahal, walau tak sedikit yang menanggap remeh dan menyepelekannya. Tak terkecuali bagi saya. buku bagi saya adalah keajaiban dunia. Ya, selain Internet yang jelas-jelas tiada bandingannya tentunya. Buku juga laksana Sahabat bagi saya. dia memberitahukan apa yang tidak saya tahu dan tidak saya sadari. Atau bahkan hal yang saya tahu tapi tidak pernah saya sadari atau memang saya yang tidak mau sadar dan tidak mau tahu keberadaan nya. BINGUNG YA??


Tidak usah bingung karena saya juga cukup bingung dengan dunia ini. Ya, kita memang tidak akan pernah lepas dari kebingungan dan ketidaktahuan kita. Betapa tidak, begitu banyak hal yang terjadi didunia ini dan tidak pernah akan sanggup ditangkap dan ditampung oleh naluri kita sendiri. Banyak hal yang terlewat atau memang kita lewati. Tanpa mau perduli apakah itu ada maknanya terhadap kita atau tidak. Atau bahkan kita menutup diri dan menganggap semua itu adalah hal yang memang tidak layak buat kita. JANGAN BINGUNG LAGI!!


Kembali lagi ke Buku! (eh seperti TUKUL aja) Ya, ada sebagian orang menganggap buku adalah hal yang malah. Memang wajar, karena buku-buku yang mempunyai nilai terbaik akan dijual dengan harga yang wah pula. Walau tak sedikit buku-buku yang notabene adalah kemungkarang dan kezaliman juga tidak kalah mahalnya. Tapi bagi saya dan mungkin sebagian dari pecinta buku. Adalah hal yang sungguh amat pelik, tak kala ada buku yang bagus tapi tak mampu untuk kita miliki atau bahkan hanya untuk sekedar membacanya saja. Padahal banyak orang yang mampu memilikinya, tapi tak sedetik pun tergugah untuk membawanya atau bahkan tak punya waktu untuk meliriknya. Aneh ya??


Untuk saya buku laksana sahabat sejati. Coba saja bayangkan. Buku tak pernah mengeluh atau bahkan berkesah pada kita. Dia hanya memberi apa yang dia miliki. Tidak lebih, tidak kurang, apa adanya. Dia tulus dan tidak banyak basa basi. Pernahkah ada sahabat yang sebaik Buku?? Bahkan kawan sejati pun tak sedikit yang menyimpan benci dan dengki atau bahkan dendam terhadap kita. Betapa mulianya sang Buku, dia bahkan tak pernah letih tuk menemani kita. Kemanapun, dimanapun, bagaimanapun, atau siapapun kita dia tetap setia bersama. Sampai kita lah yang melupakannya, menyisihkannya bahkan melenyapkannya. Bukan karena kemauannya. Tapi karena kita memang tidak pernah mengurusnya, merawatnya, memeliharanya. Begitulah manusia adanya, egois, keakuan, angkuh, bahkan terhadap sahabat sejatinya pun ia berlaku seperti itu.


Ada sebuah nasehat bijak yang mengatakan:
“Buku adalah teman duduk yang tidak akan memujimu dengan berlebihan, sahabat yang tidak akan menipumu dan teman yang tidak membuatmu bosan. Dia adalah teman yang sangat toleran yang tidak akan mengusirmu. Dia adalah tetangga yang tidak akan menyakitimu. Dia adalah teman yang tidak akan memaksamu mengeluarkan apa yang Anda miliki. Dia tidak akan memperlakukanmu dengan tipu daya, tidak akan menipumu dengan kemunafikan, dan tidak akan membuat kebohongan.”


Coba kita renungkan, apakah benar atau hanya sebuah untaian kata-kata yang hanya manis didengar? Tapi benarkah ada sahabat sejati? Bagaimana bentuk, rupa dan sifat nya? Saya berkeyakinan, sahabat sejati saya adalah Al-Quran dan Al-Hadits. Bersama mereka saya mendapat sahabat-sahabat sejati lainnya. Ya, buku-buku yang telah saya miliki juga sahabat sejati saya. Sahabat yang apa adanya. Yang memberi Semangat dikala lelah, mencerahkan dikala galau, menghibur dikala duka, mengilhami ditengah ketidak tahuan, membanjiri dikala dahaga, menuntun dan memperlihatkan bagaimanakah manusia ini adanya.


Ya tulisan-tulisan mereka, mengungkapkan jati diri mereka sesungguhnya. Menyibak tabir rahasia hati yang terhalang, oleh silaunya gemerlap dunia. Menjelaskan pada kita berbagai macam watak dan tabiat manusia. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Menyadarkan kita, betapa Maha Mulia dan Maha Besarnya Kuasa Ilahi. Sehingga tak ada kata-kata yang mampu melukiskannya, apa tah yang sanggup saya tuliskan lagi…. eddy4h.

Rabu, 04 Februari 2009

Hobby baru ku

Tuntutan hati terhadap lingkungan rupanya juga ada dalam diriku. Itu tercurah pada hobby “baru” ku memeliharan tanaman, tepatnya merawat Bunga. Tanaman yang berkembang dan memiliki bunga yang cantik-cantik bagi saya. Bukannya bunga yang “tidak berbunga” yang banyak digandrungi ibu-ibu saat ini. Tanaman yang tidak memiliki bunga itu disebut bunga? Bagi saya sesuatu yang aneh. Dimana letak bunganya? Sudah harganya yang cukup mahal ditambah tidak memiliki bunga pula? (ma’af bagi para penggemar dan seluruh perkumpulannya) Orang awam menyebutnya Anggrek, ya tanaman ini memiliki bunga yang unik dan berbagai macam rupanya. Keunikan terutama dari media tanamnya. Bagaimana tidak, banyak orang yang sibuk dengan mencari tanah hitam yang katanya baik untuk kembang? Sedangkan Anggrek bersikukuh dengan hidup bukan dengan tanah. Tentunya bagi mereka yang tidak suka dengan kotornya tanah dan takut dengan cacing, ini adalah suatu nilai positif. Ya, Anggrek hidup dengan media tanam yang “aneh”, mereka tumbuh diatas potongan batang pohon, arang, sabut kelapa, atau pakis-pakisan.

Kegemaran saya yang baru ini juga menuntut sedikit pengorbanan. Dimulai harus menyiapkan tempat pot, lokasi yang tepat, pupuk dan insektisida, sampai membeli buku tentang tanaman Anggrek. Tidak banyak memang, tapi cukup menyita perhatian. Bukan apa-apa, hal ini menyebakan reaksi berantai. Mulai dari keponakan dan kakak yang harus membeli bahan material serta membuat tempat dimana Anggrek-anggrek saya harus berada. Belum lagi sang Istri yang tentunya harus mengantar saya ke toko buku untuk membeli buku, serta mengantarkan saya untuk sekedar melihat-lihat atau membeli Anggrek ditempat-tempat penjualannya. Sampai kakak saya yang perempuan ikut pula sibuk mencarikan Anggrek ditempat teman-temannya biasa ngerumpi. Ya semua jadi sibuk dengan hoby saya yang baru ini. Repot memang dan biasalah orang kita, kalo ada yang baru lalu menjadi tren. Kemudian yang lama menjadi usang dan tidak berguna.

Alhamdulillah, hari-hari yang panjang dan melelahkan itu sudah berlalu. Sekarang saya dapat menikmati indahnya bunga-bunga itu (ya, bunga yang sesunguhnya). Tapi untuk menuju ini tidaklah mudah. Saya harus rajin membaca, membuka situs di internet, bertanya kesana dan kemari, terutama pada penjual bunga. Walau ada sebagian dari mereka yang malas menjelasakan tapi tidak sedikit yang memberikan penjelasan begitu lebarnya, sampai-sampai saya terpesona (ini mau beli bunga apa ikut ekspose sih??). Tapi bagi saya, penjual yang beginilah yang akan menjadi langganan saya, ya keramahan dan kepedulian mereka sudah membeli saya.

Anggrek seperti tanaman lainnya. Ia perlu dirawat dan dipelihara. Pemupukan yang teratur, pemberian obat hama, pencahayaan yang cukup, pemberian air yang sesuai sampai kebersihan dan repooting akar dan batang cukup menyibukan saya. ya bagaimana tidak, Anggrek ini rupanya cukup manja. Kalau kebanyakan pupuk ia akan mati, kekurangan pupuk tidak mau berbunga. Kelebihan matahari ia layu, kekurangan matahari bunga pun lambat berkembang. Air turut menentukan akan kelangsungan kihidupannya. Air tidaklah boleh sembarangan seperti tanaman yang tumbuh ditanah lainnya. Ya, karena memang kehidupan asli mereka yang hidup diatas pohon dan jauh dari tanah. Air harus bersih dan jernih, sebaiknya memang air hujan, tapi air sumur ataupun air PDAM masih diterimanya. Dengan catatan harus diendapkan telebih dahulu, agar benar-benar terhindar dari kotoran dan obat air. Penyiramannya pun tidak dengan diguyur, tapi disemprot. Mulai dari bunga, daun, batang sampai media tanam harus disemprot. Penyemprotan juga tidak dengan seenaknya. Kekuatan penyemprotan dapat mengganggu kestabilan kehidupannya.

Media tanam pun tak luput dari perhatian. Media tanam dari pakis-pakisan sangat baik bagi sang anggrek, tapi menurut salah satu buku tentang Anggrek yang saya baca, media pakis-pakisan yang terlalu sering digunakan akan mengganggu ekosistem pakis-pakisan dihutan (dimana pakis-pakisan berasal). Sabut kelapa juga baik, karena dapat menyimpan air dan kelembaban yang cukup lama. Tapi kalau terlalu lembab ia akan mudah busuk akarnya. Media tanam lain yang cukup baik adalah arang. Arang selain mudah dan murah dia juga tidak mudah diserang bakteri. Tapi perlu diingat, rutinitas pemberian insektisida dan pengendali hama tetap perlu lho. Kekurangan arang mungkin hanya dalam penyimpanan kandungan air. Jadi kalau mau menggunakan media tanam arang kita harus lebih ekstra dalam pemberiaan air. Penyemprotan arang harus rajin, paling tidak sehari harus 2 kali.

Penyemprotan Anggrek juga tidak sesuka hati kita. Angrek baiknya diairin pada pukul 7 sampai 10 pagi hari dan pukul 3 sampai 5 sore hari. Itupun tergantung dari dimana daerah kita berada. Pemberian air disore hari perlu jadi catatan penting. Jangan sampai air menggenang didaun sampai malam hari. Karena akan menyebabkan bakteri dan jamur mudah menyerangnya. Jadi semprotlah daun secukupnya saja. Cuaca juga sangat menentukan waktu penyemprotan. Kalau cuaca mendung, sebaiknya anggrek tidak perlu disemprot. Semprotlah anggrek sampai media tanam dan potnya, ini cukup membantu dalam proses kelembabannya.

Pemupukan dan pemberian insektisida turun mempengaruhi perkembangan anggrek. Banyak orang yang memelihara Angrek tapi tidak pernah melihat bunganya. Kenapa? Ini mungkin dari cara perawatannya yang salah atau tidak dilakukan pemupukan yang layak. Sayangkan? Gunakanlah pupuk yang sesuai dengan untuk anggrek. Kalau bisa belilah pupuk semprot. Dalam pemakaiannya, kalau bisa kurangi takaran pupuk dari yang ada pada label atauran pakai. Sebab kebanyakan pupuk akan menyebabkan anggrek akan mati. Sebaiknya anggrek disiram dengan air bersih terlebih dahulu sebelum dipupuk. Semprotkanlah pupuk cair dari daun, terutama bagian bawah daun dimana terdapat stomata. Ini guna mempercepat proses peresapan pupuk kedalam daun. Atau bisa juga membeli cairan yang mempercepat proses peresapan pupuk (kalau yang ini saya belum mencobanya).

Untuk Anggrek yang sedang berbunga, jangan takut memberi bunganya pupuk (tapi jangan terlalu banyak), ini berguna untuk mempertahankan agar bunga tidak cepat layu. Setelah daun, batang juga perlu disemprot, kemudian kebagian akar dan media tanam serta potnya. Pemberian insektisida dapat dilakukan bersamaan dengan penyemprotan pupuk. Tapi tetap diingat, bahwa pemberian insektisida dikurangi dari takaran yang ada. Pemupukan dan pemberian insektisida harus rutin, minimal 1 minggu sekali (jangan terlalu sering, karena dapt menyebabkan anggrek kepanasan dan mati).

Selain itu sering-seringlah bertukar pendapat dengan para penggemar anggrek lainnya. Terutama para penjual bunga yang dapat dipercaya. Sebab tidaksedikit penjual bunga yang hanya tahu menjual bunga, tapi tidak tahu bagaimana seharusnya merawat dan membungakan Anggrek. Disamping itu kerajinan dan ketelitian kita dalam merawatnya tentulah menjadi kunci dari keberhasilan menciptakan Anggrek yang sering berbunga dan tahan lama. Berniat mencoba? Silahkan.

Bagi peminat Anggrek dan seluruh perkumpulannya saya mohon untuk meralat apabila ada yang salah dalam penyampaian saya. Terimakasih untuk semuanya……. eddy4h

Senin, 02 Februari 2009

Diojekin Istri


Pagi ini saya kembali berangkat kekantor, sang Kakak juga sudah berpamitan untuk berangkat sekolah, sedangkan si adik sedang asyik bermain dengan mainan barunya. Ya setelah habis liburan akhir pekan rasanya sudah tak sabar untuk kembali berangkat kekantor. Walaupun bagi sebagian orang hari senin merupakan hari yang tidak diinginkan? Tapi bagaimana tidak, kalau saja tidak ada hari senin, maka hari selasalah yang akan menjadi hari yang menyebalkan. Begitulah seterus nya dan memang begitu lah kita manusia ini adanya. Selalu berkesah dan berkesah. Kesenangan saya kekantor bertambah 1000x lipat bukanlah karena kecintaan saya akan kerjaan saya (ini bukan berarti saya membenci kerjaan saya lho!). Tapi dikarenakan alasan lain. Ya, alasan yang cukup menyenangkan tentunya.

Baru-baru ini dikantor menyediakan akses point (tentunya yang mempunyai laptop yang memiliki Wi-Fi saja, seperti saya). Sudah tahukan apa yang membuat saya semangat?? Ya, bagaimana tidak. Dirumah saya hanya bermodal modem CDAM dengan menggunakan kartu StarOne yang cuma memiliki kecepatan 230,4 kbps, sedangkan dengan Speedy saya memperoleh kecepatan 54,0 mbps. Tentunya sangat membantu saya dalam urusan dengan internet. Tapi perlu diingat saya hanya membuka internet dari pukul 11 sampai menjelang pulang kadang malah habis makan siang baru saya buka (kecuali dalam keadaan terdesak). Bukan apa-apa tugas kantor tentunya menjadi prioritas utama. Lagi pun semua saya curahkan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya pengetahuan tentang dunia TI dan wawasan saya. Ya, memory saya belom juga pulih. Banyak hal yang telah saya dapat melalui internet, Agama, Sosial, Sejarah, pokoknya semua Ilmu Pengetahuan ada disana (termasuk juga kesesatan dan kemungkaran). Menurut data diinternet banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pemulihan sakit saya. Dan tentu saja semua saya serahkan kepada-Nya.

Istri saya sudah siap rupanya. Ini dikarenakan keterbatasan saya akibat kecelakaan saya waktu itu. Syaraf saya bagian belakang pinggang terjepit dan ada tulang punggung saya ada yang retak. Itu menyebabkan saya tidak bias mengendarai motor sendiri (lagi pun apatah saya juga bisa mengendarai motor sendiri, sedangkan saya merasa belom pernah mengendarai motor?). akhirnya jadilah Istri saya tercinta menjadi Ojek Setia saya untuk berangkat dan pulang kantor. Permasalahan yang ingin saya bahas bukan hal hal ini, karena saya tahu bagaimana Cinta nya Istri saya terhadap saya.

Masalah utamanya ada diperjalanan saya berangkat dan pulang kerja. Bagaimana pandangan orang melihat pasangan ini yang terlihat aneh bagi mereka? Atau saya saja yang merasa begitu?? Bayangkan saja bagaimana tatapan sorang kenek truck yang tak henti-hentinya memandang kami tak kala menyalip motor kami. Belom lagi tatapan lelaki berjaket yang mengendai motor sport disamping kami dan tatapan-tatapan orang lain nya. Tapi saya mencoba bertahan, saya mencoba menyemangati jiwa saya. Saya anggap, sayalah orang yang paling bahagia didunia. Bagaimana tidak, saya bukannya memboncek Istri saya, tapi malah saya yang dibonceg istri saya. Sebuah suasana yang aneh tapi cukup nyentrik, bagi saya.

Tapi hari ini saya acuhkan perasaan saya tadi, ya perasaan senang saya terhadap dunia maya mengalahkan semua kecemasan saya akan pandangan orang terhadap kami. Tak perduli itulah kilah hati saya dalam hati.
Setelah berpamitan dengan si kecil, melajulah Istri saya mengantarkan saya kekantor. Ya pemandangan seperti biasa saya temui. Tapi memasuki jalan yang sedikit rame oleh kendaraan roda 4, Istri saya mulai mengendarai motor rada kepinggir. Bukan hanya takut, tapi memang pengendara mobil disini kurang menghormati para pejalan kaki apalagi pengendara motor. Walaupun tak sedikit pengendara motor yang menganggap jalan ini jalan mereka sendiri. Sehingga mereka dengan seenaknya mengebut tanpa memperhatikan sekelilingnya dan mentaati peraturan yang ada.

Tiba-tiba terdengar bunyi klakson yang begitu nyaring dibelakang kami. Klakson itu tak henti-hentinya berbunyi (ya, klakson mobil tentunya), seolah memerintahkan kami untuk menghilang dari jalan ini. Saya mulai dihinggapi rasa was-was, apakah Istri saya grogi mendengar jeritan klanson mobil dibelakang tadi. Tapi emang dasar Istri saya yang dablek, dia tak peduli dengan serangan klakson tadi. Dia tetap cuek mengendarai motor kami dan tetap tidak melanjukan ataupun melambatkan kecepatan nya. Sedangkan rasa was-was saya mulai berubah menjadi rasa dongkol. Ya, perasaan dongkol itupun dengan cepat berubah menjadi amarah. Tak kala mobil ini mencoba menyalip motor kami. Scuel nya seperti adegan slowmosyen (ma’af kalau salah dalam pengejaan nya) dalam film-film barat. Sedikit demi sedikit mobil itu menyalip, berjuta-juta murka yang saya ungkapkan dalam hati. Dasar orang tidak tau adat, baru punya mobil aja sudah begini, entah apalagi bila punya pesawat! Dasar sopir yang SIM nya cabutan (alias ngak pernah ikut test mengemudi), apa tidak tahu ada orang sakit ya!! Berjuta-juta murka dan amarah merajut hati dan pikiran saya, seiring dengan menyalipnya mobil tadi.

Saya jadi begitu panas, ingin rasanya menembak ban mobil tersebut biar mengalami kecelakaan dan sehingga pengemudi dan seluruh isinya merasakan sakitnya seperti saya, bahkan saya ingin pula membom mobil itu. Ya, begitu murkanya saya sehingga saya lupa tentang sakit dipinggang saya ini. Tapi itu semua hanya berlalu sejenak. Setelah mobil tadi lenyap dari pandangan semua kembali kesedia kala. Saya jadi kembali merasakan nyeri pinggang saya dan melihat pemandangan indah alam di kanan-kiri jalan ini. Tak sadar saya berfikir, mungkin saja orang tadi terburu-buru. Mungkin dia mau berangkat kebandara dan waktunya memang mendesak (kebetulan arah jalan saya menuju kekantor searah dengan jalan ke Bandara Udara dikota saya). Atau alasan lain yang membuat mereka harus menepiskan hati nuraninya, ya alasan yang manusiawi (bukankah kita sering mengorbankan 1-2 orang demi kelangsungan banyak orang??)

Ya, akhirnya saya menyerah dengan bisikan itu yang saya anggap terlalu manusiawi sehingga lupa akan hak sendiri. Saya akhirnya mema’afkan mobil tadi berikut sopir dan seluruh penghuninya. Lagipun capek rasanya harus marah terhadap orang lain, sedangkan dia nya cuek-cuek saja. Eh, tidak lama perasaan damai ini hinggap, terdengar lagi suara klakson yang lebih nyaring dibelakang. Rupanya mobil mewah yang dibelakang ini. Dan siempunya tentunya bukan orang kaya biasa lah. Laksana kerata berkudanya kerajaaan, mobil ini menyalip kami dan motor bebek ini dengan begitu pongah nya. Kembali lagi, perasaan dendam, marah, murka menjadi satu kesatuan yang mengobrak-abrik perasaan ini. Berkecamuk menjadi badai yang hebat, bahkan lebih hebat dari yang pertama tadi. Sungguh semakin kuat ditahan, semakin menjadi gelora ini meluluh-lantahkan hati nurani saya. Begitu murkanya saya hingga tak sadar bahwa baru saja saya menjadi mulia, eh kini menjadi hina lagi. Begitu cepatnya semua terjadi. Bahkan saya sampai-sampai tak menyadarinya. Bahwa semua ini adalah gambaran kekuasaan-Nya. Saya baru terhenyak sadar takkala semua telah berlalu. Saya merenung betapa rapuhnya saya, betapa bodohnya saya. sehingga tak mampu mengontrol amarah saya, yang sebetulnya baru saja saya berniat melepaskannya.

Saya teringat akan tulisan dari Ayat-Ayat Suci, bahwa Tuhan akan mengampuni dosa umatnya asalkan mereka bertobat dan tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi. Bayangkan hal yang sekecil dan seremeh inipun saya tak mampu menanggulanginya, apatah lagi dosa-dosa saya yang lain? Mungkin saja dosa-dosa kita tak semudah dan seremeh permasalahan saya ini. Mungkin saja dosa itu lebih kompleks dan lebih rumit. Apakah semua ini belum cukup membuat saya berpikir. Bukanlah perkara yang kecil untuk menyatakan memohon ampunan dan bertobat sedangkan kita sendiri tak pernah tahu apakah kita akan sanggup menghalau dosa ini, apabila dia datang lagi menghampiri kita. Apakah sudah cukup ilmu dan kebijakan kita untuk menghadapinya. Betapa tingginya makna Ayat-Ayat Suci ini. Betapa rendah dan hinanya kita mengganggap remeh suatu dosa. Seakan-akan bila kita telah melakukan 1 dosa maka kita akan sanggup mengusirnya untuk tidak akan pernah datang lagi. Tuhan kepada-Mu lah semuanya kuserahkan…. Eddy_4h

Raket & Nyamuk


Entah karena terinpirasi Prie GS (MA'AF Pak harus membawa-bawa nama BAPAK) atau emang dasar jiwa eksrim gue yang kagak bisa dikontrol. Minggu yang lalu saya dan istri membeli raket pembasmi nyamuk. Maklum dirumah nyamuk rada susah dikontrol, sudah berbagai macam obat nyamuk berbagai merk kami beli tapi tidak menyurutkan semangat para nyamuk untuk menyerang kami. Bukan nya mati, tapi para nyamuk tadi menjadi tambah beringas. Hanya dengan modal Rp. 15.000,- ditambah batterai AA 2 buah lengkap sudah persenjataan saya.

Dengan penuh semangat saya mulai berburu nyamuk-nyamuk nakal tadi. Seluruh ruangan saya jajaki, mulai ruang tamu,
kamar tidur, dapur, sampai dikamar mandi. Begitu semangatnya apalagi bila mendengar suara "cetar" yang berarti satu prajurit nyamuk berhasil saya bunuh. Semakin banyak suara semakin semangat saya. Sampai lah perburuan saya dikamar mandi, saya sengaja memang memilih kamar mandi sebagai pilihan terakhir. Ya, ini karena kamar mandi bagi saya adalah sebuah Markas Besar bagi Prajurit Nyamuk tadi. Begitu diserang semua akan kembali berkumpul di Pusat Komando (wkk, jadi pengen tahu siapa Jenderal nya).

Tak pelak, benar praduga saya. Begitu pintu kamar mandi dibuka, suara dengungan serdadu nyamuk begitu menghenyakkan telinga saya. Tanpa menunggu aba-aba langsung saya anyunkan raket tadi untuk mengejar para nyamuk tadi (semua gaya menggunakan raket saya gunakan, mungkin NADAL pun akan kewalahan menghadapi saya, hahaha).

Sampelah ketika melihat nyamuk yang sedang berpelukan, pikiran saya langsung terngiang akan cerita Bapak PRIE GS. Akan nyamuk yang lupa akan bahaya apabila sedang dimabuk cinta. Lupa karena sedang ASYIK. Ya saya se
ndiri pun lupa bahwa saya masih SAKIT! Bahkan dikamar mandi ini pulalah saya terjatuh dan harus beristirahat di Rumah Sakit hampir 1 bulan lamanya. Di tambah saya harus mengalami Trauma yang membuat saya kehilangan memory saya. Belom lagi Syaraf saya yang terjepit, membuat daya gerak saya berkurang!

Plak!! Hati saya bak disetrum, bukan oleh raket nyamuk tadi, tapi oleh perasaan saya sendiri. Bagai mana mungkin saya yang sedang sakit ini bisa sekejam ini terhadap nyamuk-nyamuk tersebut. Belum tentu mereka semua yang menghisap darah saya. Bayangkan kalo semua nyamuk ini bersatu dan menyerang saya dikala saya terlelap tidur?? Ohw, membayangkan nya saja sudah membuat saya bergidik, apalagi bila benar? Bukan kah donor darah itu baik? Saya sempat membaca sebuah artikel (saya lupa dimana) yang menyatakan donor darah baik dilakukan, untuk mengolah sel-sel darah kita agar kembali baru. Kita tahu akan begitu besarnya manfaat donor (selain membantu orang lain tentunya), tapi betapa malas nya kita untuk berangkat ke PMI untuk mendonorkan darah kita?? Membayangkan jarum suntik nya saja bagi beberapa orang merupakan s
ebuah penderitaan. Nah ini, dengan bantuan para nyamuk tadi, bukankah kita sudah dibantu untuk mengurangi sel-sel darah kita yang sudah tua tadi?? (walaupun banyak nyamuk yang emang membawa penyakit, tapi saya coba indahkan tentang penyakit tadi, namanya juga orang lagi tersentuh!?) Akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri misi perburuan serdadu nyamuk tadi laksana penghentian serangan Israel terhadap pasukan hamas & rakyat Palestina.

Eh, belom lagi saya keluar kamar mandi, nampaklah seekor Cecak yang menatap saya. Begitu tajam nya tatapan sang Cecak, sampai-sampai menusuk sanubari saya. Kenapa Cecak ini?? Tak lama berpikir akhirnya saya menduga, mungkin Cecak ini marah! Ya marah kepada saya, karena piring nasi nya telah saya buat porak-porandakan. Nyamuk-nyamuk yang seharusnya menjadi santapan lezat para cecak (ya ternyata dikamar mandi ini bukan hanya ada 1
cecak, tapi ada 4 ekor cecak) kini tak lagi tersedia.

Kembali lagi saya diliputi dosa, begitu kejamnya saya. Sudah membunuh, eh membuat kelaparan yang lain pula. Akhirnya saya memutuskan tidak saja ntuk menghentikan kebiadapan saya terhadap para nyamuk-nyamuk tadi dan juga para cecak (yang secara tidak langsung saya zalimin), tapi juga berikrar dalam hati untuk tidak menggunakan raket ini secara membabi buta. Ya, hanya buat nyamuk-nyamuk nakal yang mencoba mengganggu saya bila sedang santai dikamar. Saya mencoba menguatkan niat saya sambil menggantungkan raket (laksana para petenis dunia yang berhenti bermain lagi).


Tapi....


Kemarin malam tepat jam 00.00 tak kala lampu PLN yang dengan bebasnya menghentikan alirannya kerumah kami disaat saya baru beranjak tidur (ya saya memang tidak bisa tidur dibawah jam 12 malam). Saya kembali dibuat kesal oleh para nyamuk. Bagai mana tidak? Bukan hanya saya yang diserang, tapi Istri, Anak saya yang paling kecil (seorang gadis mungil yang baru berumur 2 tahun) dan sang kakak (seorang lelaki yang baru duduk dikelas 1 SD) juga tak lupa dari gangguan! Kembali kemarahan saya memuncak!

Ya, bagaimana tidak? Dengan hanya bermodal sinar lilin yang secukupnya itu saya tentu saja tak sanggup untuk mengetahui dimana serdadu nyamuk itu berada.
Emosi saya meluap-luap! Bayangkan sampe jam 4 subuh saya harus mencoba menghalau para nyamuk agar Istri dan Anak-anak saya dapat tidur pulas. Belum lagi Sakit Pinggang saya yang sedang kumat-kumatnya. Sedangkan penerangan tidak begitu membantu saya menghentikan serangan serdadu nyamuk tersebut (mungkin selama beberapa hari mereka dilatih oleh tim khusus buru serbu yang mereka ciptakan sendiri, untuk membalas serangan saya kemarin).

Begitu lampu menyala! Inilah tiba saatnya bagi saya untuk balik mereka, semua penjuru kamar saya satroni. Tidak sampai sampai disitu. Dendam saya sudah diubun-ubun, ya karena saya sudah mengantuk, maka serangan balik akan dilanjutkan besok (sebab besok hari libur). Akhirnya saat itu tiba, dengan segenap kakuatan saya kembali menyerbu sarang nyamuk-nyamuk tersebut. Saya tidak perduli lagi dengan kekejaman, saya tak peduli lagi dengan cecak yang mungkin kehilangan jatah makan nya (seperti Barak Obama yang akan tetap mendukung Israel serta membantu persenjataan terhadap Israel). Ya, saya benar-benar Marah! Saya lampiaskan Dendam saya yang sempat terhenti tadi Subuh. Begitu banyak serdadu nyamuk yang tewas, semakin banyak semakin puas hati saya.


Yah! Begitulah saya, sebagai manusia biasa saya tak putus oleh Nafsu, Dendam dan Ego. Tapi apa mau dikata begitulah keadaan saya. Hanya Tuhan lah yang tahu....(eddy-4h)