Selasa, 28 Desember 2010

Hukum-Hukum Yang Berkaitan Dengan Do’a
*_Disalin dari majalah As-Sunnah 07/IV/1421H hal 52 - 57.

Nurul Mukhlisin Asyraf
14 September 2004
1. Pengertian Do’a
Menurut bahasa do'a berasal dari kata "da'a" artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah syara' do'a berarti
"Memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang memudharatkan.” 1_Badai' al-Fawaid III/2, oleh Ibnu al Qayyim.
Adapun lafadz do'a yang ada dalam al Qur'an bisa bermakna sebagai berikut:
1. Ibadah, seperti firman Allah:
Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak memberi madharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat demikian, maka kamu termasuk orang-orang yang zhalim. (Yunus: 106).
2. Perkataan atau Keluhan. Seperti pada firman Allah:
Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi. (al Anbiya: 15).
3. Panggilan atau seruan. Allah berfirman:
Maka kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling ke belakang. (ar-Rum: 52)
4. Meminta pertolongan. Allah berfirman:
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang at Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad) buatlah satu surat yang semisal at Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (al Baqarah: 23).
5. Permohonan. Seperti firman Allah:
Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga jahannam: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari." (al Mukmin: 49).

2 Macam-Macam Do’a
Syeikh Abdurrahman bin Sa'diy berkata:
"Setiap perintah di dalam al Qur'an dan larangan berdo'a kepada selain Allah, meliputi do'a masalah (permintaan) dan do'a ibadah." 2_Al-Qawaidul Hasan li Tafsiril Qur'an, hal: 154, oleh Ibnu Sa'di.
Adapun perbedaan antara kedua macam do'a tersebut adalah:
1. Do'a masalah (permintaan) adalah: Meminta untuk diberikan manfaat dan dicegah dari kemudharatan, atau sesuatu yang sifatnya permintaan. Dan ini dibagi menjadi tiga:
a) Permintaan yang ditujukan kepada Allah semata dan ini (termasuk tauhid dan berpahala. -red. vbaitullah)
b) Permintaan yang ditujukan kepada selain Allah, padahal dia tidak mampu memenuhi dan memberikan permintaannya. Seperti meminta kepada kuburan, pohon-pohon besar atau tempat-tempat keramat. Dan ini termasuk syirik dan dosa besar.
c) Permintaan yang ditujukan kepada selain Allah pada hal-hal yang bisa dipenuhi dan bisa dilakukan, seperti meminta orang lain, yang masih hidup untuk memindahkan atau membawakan barangnya dan ini hukumnya boleh.
2. Do'a Ibadah maksudnya semua bentuk ibadah atau ketaatan yang diberikan kepada Allah baik lahiriah maupun batiniah, karena pada hakikatnya semua bentuk ibadah misalnya Shalat, Puasa, Haji dan sebagainya, tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan ridha Allah dan dijauhkan dari azab-Nya.

3 Fadhilah (Keutamaan) Berdo’a
1. Do'a merupakan ibadah dan sebuah ketaatan alas perintah Allah. Allah berfirman:
Dan Tuhanmu berfirman: Berdo'alah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina. (al Mukmin: 60).
Di dalam sebuah hadits disebutkan:
Dari an-Nu'man bin Basyir berkata, bahwa Rasulallah bersabda: Do'a adalah ibadah. 3_HSR. Tirmidzi, no: 2969, kitab at Tafsir; Abu Daud, no: 1479, kitab Shalat, bab Addu'a; Ibnu Majah, no: 3828, kitab Do'a Fadluddua. Dan dishahihkan oleh Syeikh al Albani dalam Kitab al Jami', no:3407.
2. Merupakan perbuatan yang paling mulia dan dicintai oleh Allah.
Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda: Tidak ada sesaatu yang lebih mulia di sisi Allah dari do'a. 4_HR. al-Bukhari dalam kitab al-Adab at Mufrad, no: 712, bab Fadluddua.
3. Do'a menghalangi kemurkahan Allah.
Karena orang yang tidak berdo'a kepada Allah, Allah akan marah kepadanya sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulallah, Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, Allah akan marah padanya. 5_HR. at Tirmidzi no: 3373 dan Ibnu Majah no: 3827, pada kitab Do'a, bab Fadlu ad-do'a, dan dihasankan oleh Syeikh al Albani di Shahih Adab al Mufrad 512.
4. Do'a menunjukkkan kecerdasan dan kekuatan batin seseorang.
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda:
"Selemah-lemahnya manusia adalah orang lemah (jarang) berdo'a dan sebakhil-bakhilnya manusia adalah orang yang bakhil dalam mengucapkan salam.” 6_HR.Ibnu Hibban no: 1939, kitab Ad-Do'a, bab man Ajaza Fiddua dan dishahlhkan oleh Syeikh al Albani di Shahih al Jami': 1044.
5. Do'a bisa mencegah bencana yang belum terjadi dan menghilangkannya bila sudah terjadi.
Rasulullah bersabda:
Tidak ada yang bisa menolak al Qadar (takdir) itu kecuali do'a. 7_HR. Ibnu Majah (90) bab al Qadr, Tirmidzi (139) bab La Yaruddul al Qadr, Iliad-do'a dan dihasankan oleh al-Albani di Shahih Jami': 7687.
6. Do'a menjadi perekat tali cinta dan kasih sayang sesama mukmin. Karena seseorang yang mendo'akan saudaranya yang lain yang jauh, maka akan dikabulkan. Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, Allah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Maryam: 96).”
Dan sudah disepakati bahwa do'a termasuk dalam iman dan amal shalih.
7. Berdo'a merupakan sifat orang-orang muttaqin. Allah berfirman:
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar) mereka berdo'a: Ya Tahan kami, beri ampuniah kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah engkau menjadikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman, Ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (al Hasyr: 10).
Dan juga merupakan sifat para Nabi-nabi terdahulu, kalau mendapatkan permasalahan mereka segera berdo'a kepada Allah, sebagaiamana yang diceritakan oleh Allah dalam firmanNya:
"Maka Kami perkenankan do'anya, dan Kami menganugerahkan Yahya kepadanya. Dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas, dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami." (al Anbiya: 90).
8. Do'a menjadikan seseorang tsabat (teguh/kokoh) dalam menghadapi musuh dan sarana untuk mendapatkan pertolongan. Sebagaimana kisah Thalut dengan pasukan seadanya mampu mengalahkan Jalut dengan bala tentaranya. Allah berfirman:
Tatkala Jalut don tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdo'a. "Ya Tuhan kami, berilah kesabaran pada diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang Kafrr. (al-Baqarah: 250).
9. Do'a sebagai pelarian dan tumpuan harapan orang-prang yang teraniaya. Seperti yang di contohkan oleh Nabi-nabi terdahulu ketika dimusuhi oleh kaumnya, bahkan akan dibunuh dan dianiaya. Mereka berdo'a kepada Allah. Seperti yang diceritakan oleh Allah tentang Nabi Nuh.
Sebelum mereka (kaum musyrikin Quraisy), kaum Nuh telah mendustakan (Nuh). Maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan) "Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman." Maka dia mengadu kepada Tuhannya "bahwasannya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah aku. (al Qamar: 9-10).
Begitu juga yang dilakukan oleh Nabi Adam sebelumnya, jaga oleh Nabi Ibrahim, Nabi Yunus, Nabi Musa dan Nabi Muhammad.
4 Syarat-Syarat Terkabulnya Do’a
Supaya do'a dikabulkan oleh Allah, maka ada beberapa syarat yang harus diperhatikan sebelum berdo'a. Di antara syarat-syarat tersebut itu adalah:
1. Harus ikhlas dan yakin bahwa hanya Allah yang bisa mengabulkan permohonan, dan meyakini bahwa tidak ada yang bisa memberi manfaat dan mencegah kemudharatan kecuali Allah semata.
Allah berfirman:
“Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan, dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi, Apakah disamping Allah ada Tuhan-Tuhan (yang lain yang berbuat seperti itu?). Amat sedikitlah kamu mengingat-Nya. (an Naml:62).
2. Ditujukan hanya kepada Allah semata. Allah berfirman:
Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka janganlah kamu menyembah/berdo'a kepada seorangpun di dalamnya di samping Allah. (al Jin: 18).
Dan sebagaimana pesan Rasulullah kepada lbnu Abbas dalam hadits panjangnya. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah dan jika engkau minta tolong, minta tolonglah kepada Allah. 8_HR. Tirmidzi (2511) Sifatil Qiyamah, dan disahkan oleh Syeikh al Albani di shahih al Jami' 7957.
3. Bertawassul kepada Allah dengan salah satu tawassul yang di benarkan, yaitu:
a) Bertawassul dengan Asmaa al-Husna (nama-nama Allah yang mulia) dan sifat-sifat-Nya. Sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya:
Hanya milik Allah Asmaa al-Husna, maka bermohonlah kepada- Nya dengan menyebut Asmaa al-Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) namaNya, nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (al A'raf: 180).
Contoh bertawassul dengan Asmaa al-Husna:
Ya AI-Hayyu (Yang Maha Hidup), Ya Al-Qayyum (Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya), dengan rahmat-Mu aku mohon pertolongan, perbaikilah semua urusanku, janganlah Engkau memasrahkanku kepada diriku sendiri sekejap matapun. 9_HR. al-Hakim dan dia menshahihkan dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Lihat Shahih at Targib wat Tarhib 1/273.
b) Bertawassul Dengan Amal Shalih.
Sebagaimana firman Allah:
Orang-orang yang berdo'a: "Ya Tuhan Kami, sesungguhnya Kami telah heriman, maka ampunilah segala dosa Kand dan peliharalah Kami dari siksa neraka. (Ali Imran: 16).
Seperti yang dilakukan oleh "Penghuni Gua" yang diceritakan oleh Rasulullah Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khattab berkata: "Saya mendengar Rasulullah bercerita: (Di masa) sebelum kalian ada tiga orang sedang berjalan-jalan, kemudian mereka menemukan sebuah gua yang dapat digunakan untuk berteduh dan neereka pun masuk, tiba-tiba ada batu yang besar dari atas bukit menggelinding dan menutupi pinto gua. Sehingga mereka tidak bisa keluar, salah seorang di antara mereka berkata: "Sungguh tidak ada yang bisa menyelamatkan kalian dari bahaya ini kecuali kalian berdo'a kepada Allah dengan menyebut amal shalih yang pernah diperbuat"
Akhirnya setiap orang menyebut amal shalihnya. Yang pertama (menyebutkan) perbuatan baiknya kepada orang tuanya. Yang kedua (menyebutkan keadaannya yang) meninggalkan maksiat (zina) karena tnkut kepada Allah, padahal sudah berada di antara dua kaki perempuan. Yang ketiga (menyebutkan) amanahnya, yaitu dia menyerahkan gaji pembantunya yang sudah lama pergi meninggalkannya. 10_Lebih lengkapnya lihat hadits Bukhari no:3465, kitab Ahadits aubiya, bab Hadits Al-Ghar; Muslim no:2743, bab Qissah Ashabul Ghar, atau Riyadussalihin bab Niyat hadits no: 13.
c) Tawassul dengan do'a orang shalih yang hadir dan masih hidup. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas yang artinya:
Bahwa seorang Arab Badui mendatangi Nabi dan beliau sedang khotbah jum'at. Ia mengadukan kekeringan yang terjadi, dan minta untuk dido'ahan supaya turun hujan. Rasulullahpun mendo'akannya. Beliau belum turun dari mimbar kecuali air hujan mengalir di jenggotnya. 11_HR. al Bukhari, no:933, kitab al Jum'ah, bab Istisqa' _l Jum'ah dan Muslim no:898, kitab al-Istisqa', bab Ad Do'a _l istisqa'.
Begitu juga yang dilakukan oleh para sahabat, mereka bertawassul dengan do'anya al Abbas. Juga tawassulnya Muawiyah dengan do'anya al Aswad bin Yazid at Jurasy.
4. Berdo'a dalam kebaikan bukan untuk dosa dan memutuskan silaturrahim. Rasulullah bersabda:
Do'a seorang hamba akan dikabulkan selama tidak berdo'a untuk dosa dan memutuskan kerabat. 12_HR. al Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no:655 dan Muslim no:2735, kitab Adz-Dzikr wad-Dua, bab Istihbaab Hamdullah Ba'da al-Akli wa as Syarb.
5. Husnuzhan (berbaik sangka) kepada Allah bahwa Dia akan mengabulkan do'a kita, kalaupun tak dikabulkan itu karena hikmah yang Allah lebih mengetahuinya.
Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda: "Berdo'alah kepada Allah sambil kamu meyakini bahwa Allah akan nengabulkannya.” 13_HR. at Tirmidzi no:3479, kitab ad-Daa'wat dan dihasankan oleh Syeikh al-Albani di dalam Shahih al Jami' no: 245.
6. Menghadirkan hati dalam berdo'a Berta berusaha memahami makna dari do'anya. Karena Rasulullah bersabda:
Ketahuilah sesungguhnya Allah tidak akan menerima do'a dari hati yang lalai. 14_HR. al Hakim 1/494, at-Thaharani kitab ad-Do'a dan dihasankan bleb Syeikh al-Albani di dalam Shahih al Jami' 245.
7. Memperbaiki makanan dengan berusaha memakan yang halal. Allah berfirman:
Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa. (al-Maidah: 27). Dan diriwayatkan oleh Abi Hurairah, Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sebagaimana Dia memerintahkan kepada para Rasul. Allah berfirman: "Hai para Rasul makanlah segala sesuatu yang baik, dan lakukanlah pekerjaan yang baik", Dia juga berfirman: "Hai orang.orang yang beriman, makanlah apa-apa yang baik dari yang telah Kami rizkikan kepadamu."
Kemudian Rasalullah menceritakan seseorang yang menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut masai dan penuh debu, dia menengadahkan tangannya ke langit gambit berdo'a: “Wahai Tuhan, wahai Tuhan", sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya dari yang haram dan perutnya di kenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana mungkin permohonannya dikabulkan. 15_HR. Muslim no:1015, ktab Az-Zakat, bab Qabuulu as Sadaqath min Kasbin Tayyib.
8. Sebaiknya berdo'a dengan do'a-do'a yang ada dalam al qur'an.
9. Menghindari I'tida' (melampaui batas) dalam berdo'a. (Bentuk-bentuk I'tida' dalam berdo'a akan dljelaskan pada pembicaraan mengenai kesalahan-kesalahan dalam berdo'a. Insya Allah) Allah berfirman:
Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan merendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (baik pada cara meminta dan apa yang diminta). (al A'raf: 55).


Maraji’
1. Disarikan dari Kitab Ad-Du'a, Mafhumuhu Wa ahkamuhu, Oleh Syeikh. Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd.
2. Bada'iul Fawaid oleh Ibnul Qayyim.
3. Majmu Fatawa Syeikh Islam Ibnu Taimiyah.
4. Mu'jamul Bida' oleh Zaid bin Shabry bin Abi Ulfah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar