Senin, 18 Mei 2009

Berpikir Bijak

Anggrekku yang sedang ranum-ranumnya diacak-acak segerombolan ayam. Bukan ayam sendiri sech, tapi ayam tetangga. Ngak tau juga tetangga yang mana. Yang jelas kejadian itu membuat aku meradang marah. Teman-teman banyak yang nyaranin untuk membeli tuh ayam, kemudian dipotong “Lumayanlah buat makan malam” kata mereka. Aku sudah mulai tenang, anakku yang besar yang kebetulan sedang libur mendapat tugas tambahan menjaga anggrek-anggrek tersebut dari ganguan serdadu ayam yang disersi tadi. Beberapa hari berlalu. Ketenangan hatiku membuahkan sebuah pikiran, “kenapa tidak membeli paranet saja? Ketimbang menjaga ayam yang tidak ketahuan kapan datangnya. Kasihan juga tuh anak, jadi korban kediktatoran Sang Ayah.”

Akhirnya pagi itu ku berangkat ketempat penjual bunga, tidak jauh memang. Pagi ini memang mendung, sang penjual rada santai. “Pak ada paranet?” tanyaku. “Adam Mas, tapi dirumah. Mau menunggu saya ambilkan?” “Boleh” jawabku singkat. Sambil menunggu sang penjual pulang. Aku melihat-lihat dagangannya yang lain. Ngak ada Anggrek kataku dalam hati. Eh ada pupuk nich, pupuk apa saja sich? Ohw, ada cairan penghilang stress buat kembang yang sedang sakit, berpindah tempat, dan lain-lain. Ada juga cairan vitamin yang bisa buat warna bunga menjadi cerah, yang ini khusus buat anggrek emang. Nah ada penyemprot yang lumayan besar nich, sepertinya murah juga.
Selang beberapa saat datanglah penjual tadi. Setelah memotong paranet sesuai dengan pesananku. Aku mulai bertanya-tanya tentang cairan-cairan pupuk tadi. Setelah bernegosiasi sedikit (lagunya, maksudnya tawar menawar harga) lazim mah kalau di Indonesia, harga yang ditawarkan bisa ditawar lagi. Eh, berhasil dewh. Dengan semangat jual-beli berhasil dilaksanakan. Penjual tadi senang rupanya, karena aku membeli semakin banyak, aku pun senang karena modal tidak habis, malah nambah barang yang dibeli.

Setelah sampai rumah, akhirnya jadi juga dewh paranet tuh dipasang. Tak lupa menyemprot anggrek-anggrekku dengan Vitamin yg baru saja kubeli. Setelah bersantai, aku berpikir dengan uang yang jauh lebih sedikit ketimbang membeli ayam kampung (yang emang kampungan tadi) aku tidak saja melindungi anggrekku dari ayam tetangga, tapi malah bisa memberikan lebih buat mereka. Vitamin penghilang stress misalnya. Betapa stressnya anggrek-anggrek tersebut setelah diacak-acak ayam. Aku tersenyum, betapa indahnya bila saja aku bisa selalu berpikir tenang & jernih lagi bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar